Mengapa Makam Si Pitung yang Ada Dimana-mana? Ini Jawaban Misteri Itu, Legenda tentang Si Pitung, salah seorang jawara yang berasal dari Betawi, bagi sebagian orang masih menjadi misteri. Keberadaan serta kematiannya yang seolah tertutup kabut gelap belum juga bisa dibuktikan dengan data yang kuat.
-Legenda Si Pitung ini layaknya cerita rakyat dari Inggris sangat terkenal, Robin Hood. Robin Hood merampas harta pejabat korup untuk kemudian dibagikan keadaan rakyat miskin.
Legenda Ilmu Rawa Rontek Si Pitung
-Pitung selalu menjadi icon yang kuat di Jakarta. Keberadaanya menjadikan sejarah batavia ini menjadi sangat segar dan penuh tantangan. Pitung ini memiliki ilmu kanuragan yang tinggi. Ilmu yang dimilikinya dan menjadi legenda hingga saat ini adalah ilmu rawa rontek.
-Ya Si Pitung punya ilmu yang luar biasa. Ilmu rawe rontek yang terkenal dan melegenda karena konon di miliki oleh Si Pitung yang katanya dapat menyerap energi lawan-lawannya hingga seolah-olah dia menjadi dapat menghilang.
-Menurut cerita orang, karena ilmu rawe rontek ini Pitung tidak menikah. Sehingga ia tetap membujang hingga akhir hayatnya (di perkirakan umurnya 40 tahun).
-Ada juga cerita bagi yang memiliki ilmu rawe rontek apabila anggota badannya terputus maka akan segera tersambung lagi. Dan untuk mensiasati hal ini adalah dengan membakar atau menyangkutkan bagian-bagian tubuhnya di atas pohon atau genteng rumah, sehingga tidak menyentuh tanah.
-Ilmu rawe rontek tidak dapat diturunkan maka seseorang harus berusaha sendiri untuk menguasainya.
-Makam Tokoh Betawi, PITUNG ditemukan di Palembang !?
-Hari Kamis Sore, tanggal 25 Desember 2014, yang bertepatan dengan tanggal 3 Rabiul Awwal 1436 H, makam tokoh Betawi, yang juga anggota PITUNG berhasil ditemukan di Pemakaman Puncak Sekuning Palembang (sumber : Makam Tokoh Betawi).
-Penemuan makam ini, setelah melalui perjuangan yang melelahkan sdr. Muhammad Ihsan, bersama tim Dzurriyah Aria Jipang dari Jayakarta, Palembang dan Jawa Barat.
Sejarah Pitung Betawi
-Banyak yang salah mengerti tentang Pitung, Pahlawan dari tanah Betawi. Hal ini disebabkan pengaruh dari kisah-kisah yang beredar di masyarakat, yang menggambarkan Pitung sebagai sosok Jawara, yang membela kaum lemah, melalui keahliannya dalam ilmu beladiri.
-Namun sejatinya Pitung itu adalah sebuah organisasi perlawanan rakyat Betawi, terhadap pemerintahan kolonial Belanda. PITUNG merupakan singkatan dari PITUAN PITULUNG, yang bermakna Tujuh Orang Penolong”, yang dipimpin oleh Ratu Bagus Mohammad Ali bin Raden Samirin.
-Nama ke-7 Pendekar itu adalah :
-1. Ratu Bagus Muhammad Ali Nitikusuma (GUGUR TERTEMBAK)
-2. Ratu Bagus Roji’ih Nitikusuma (GUGUR TERTEMBAK)
-3. Ratu Bagus Rais Sonhaji Nitikusuma
-4. Hasan
-5. Saman (nama Panggilan)
-6. Jebul (nama samaran)
-7. Abdullah (Dulo)
-Keberadaan organisasi PITUNG ini, tentu sangat menghawatirkan Belanda, dengan segala upaya mereka berusaha memadamkan perlawanan masyarakat Betawi.
-Dua orang dedengkot PITUNG, Muhammad Ali dan Roji’ih, berhasil mereka bunuh, namun PITUNG ternyata tidak bubar, bahkan pada tahun 1893 muncul Anggota Pitung yang tidak kalah menakutkan mereka, yaitu Kyai Haji Ratu Bagus Ahmad Syar’i Mertakusuma
-Pada tahun 1914, Ahmad Syar’i bersama 2 rekan seperjuangan, membentuk organisasi perlawanan yang bernama “KI DALANG”. Pada masa itu, dikenal 3 (tiga) orang pemimpin yaitu :
-a. KI SAMA’UN , yang berpusat di Teluk Naga Kampung Melayu Tangerang (kini masuk wilayah Provinsi Banten)
-b. KI SYAR’IE (KH AHMAD SYAR”IE MERTAKUSUMA), berpusat di Bambu Larangan Cengkareng Jakarta Barat.
-c. KI ABDUL KARIM DAIM, berpusat di Kampung Duri Gang Jamblang.
-Perlawanan “KI DALANG” ini berakhir pada tahun 1924, yang ditandai dengan terbunuhnya Ki Sama’un, serta tertangkapnya Ki Syar’ie, Ki Abdul Karim Da’im bersama pemimpin lainnya.
-Tidak beberapa lama ditahan, Ki Syar’ie berhasil kabur, namun beliau tertangkap di Kota Bandung, dan dijatuhi hukuman gantung oleh Pemerintah Kolonial Belanda waktu itu. Tetapi belum sempat dihukum, Ki Sya’ie untuk kedua kalinya berhasil melarikan diri.
-Selama bertahun-tahun pihak Belanda mencari keberadaan Ki Syar’ie ini, tetapi tidak juga mereka temukan. Dalam pelariannya Ki Syar’ie sempat ke Medan, kemudian di tahun 1926 bermukim di Kota Palembang.
-Dan makam yang ditemukan oleh Muhammad Ihsan di Palembang, merupakan makam dari Ki Syar’ie atau Kyai Haji Ratu Bagus Ahmad Syar’i Mertakusuma, pembentuk organisasi ‘KI DALANG” sekaligus anggota Kelompok PITUNG yang paling dicari Pemerintah Kolonial Belanda.
Si Pitung, makamnya di Tapos Depok?
-Kisah Si Pitung sangat melegenda bagi masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat Betawi. Bagi orang Betawi, Pitung adalah pahlawan. Konon, Ia hidup di awal abad 19. Si Pitung merupakan nama panggilan asal kata dari Bahasa Jawa Pituan Pitulung (Kelompok Tujuh), kemudian nama panggilan ini menjadi Pitung. Nama asli Si Pitung sendiri adalah Salihun (Salihoen) ada juga yang bilang Raden Moh. Ali, warga Rawabelong, dengan ayahnya, Piun, asal Cirebon dan ibunya, Pinah, dari Betawi. Si Pitung menjadi terkenal bukan hanya karena keberaniannya melawan Belanda, tapi juga kepeduliannya terhadap nasib rakyat yang tertindas oleh kekuasaan Belanda dan tuan tanah.
-Sebagai seorang buronan, Pitung tidak memiliki tempat menetap yang pasti. Konon, ia pernah tinggal di Kota Depok, tepatnya di salah satu gedung milik bangsawan asal Belanda, Cornelis Chastelein. Warga Depok lebih sering menyebut gedung tersebut sebagai rumah tua Pondok Cina, karena letaknya yang berada di Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji.
-Sayangnya, bangunan tua yang berada di Jalan Margonda Raya tersebut sudah tidak ada. Gedung yang menjadi saksi sejarah Kota Depok tersebut sudah terkepung oleh sebuah mal supermegah bernama Margonda City. Memang, projek pembangunan Margonda City tidak sampai menggusur gedung tersebut. Meski begitu, fungsi bangunan sudah berubah menjadi sebuah kafe.
-Versi lainnya mengatakan bahwa kesaktian Pitung hilang setelah dipotong rambut, dan juga versi lain mengatakan bahwa kesaktiannya hilang karena sesorang melemparkan telur. Akhirnya Pitung meninggal karena luka tembak Hinne (Berdasarkan versi Film Si Pitung, Pitung mati tertembak karena peluru emas). Sesudah Si Pitung meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena percaya bahwa Si Pitung akan bangkit dari kubur hal ini tersirat dari Rancak Si Pitung dalam Van Till (1996).
-Konon kabarnya, kepala Si Pitung dikubur di sebuah makam di daerah Pal 7, tepatnya disamping pintu gerbang kantor STO Telkom Palmerah Kemandoran. Sedangkan tubuhnya dimakamkan di wilayah Depok Sawangan, ada pula yang menyebut bahwa Si Pitung dimakamkan di hutan Jatijajar Tapos Depok, saat ini makam si Pitung menjadi kompleks kantor arsip Kehutanan, hal berkaitan erat dengan K Heine sebagai ahli pertanian. Menurut sahibul hikayat, karena memegang Ilmu Rawarontek, Si Pitung setelah ditembak mati dan dikubur ternyata hidup kembali kemudian ditembak lagi dan lalu ditebas kepalanya lalu dipisahkan kuburnya, sehingga Si Pitung tidak hidup lagi karena jasadnya telah terpisah jauh dari kepalanya. Demikianlah sehingga tahun matinya ada dua, yakni tahun 1893 dan tahun 1903. Wallahu a'lam bishawab...
-Pitung diberitakan telah merampok beberapa orang kaya dan tuan tanah di Batavia, termasuk mengaku sebagai Demang. Hasil rampokannya kemudian dibagikan kepada orang miskin di Batavia. Dalam beberapa aksinya, Pitung tidak sendirian tetapi dibantu oleh beberapa kawannya yakni Abdoelrachman, Merais, Ji’ih, Mat Jebul, Tocang Gering, dan Mudjeran. Di antara temannya yang paling terkenal tentu saja bernama Ji’ih sebagaimana diangkat dalam film si Pitung pada tahun 70-80an.
-Van Hinne sendiri terus memburu Pitung sambil mendengar desas desus bahwa Pitung banyak dilihat warga di beberapa tempat. Juga kabar beberapa perampokan yang dilakukannya. Maka Van Hinne memutuskan akan menembak Pitung dan melakukan penyergapan secepatnya.
-Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa sebelum melakukan penyergapan terhadap Pitung, Van Hinne menemui Haji Naipin untuk mengetahui kelemahan – kelemahan Pitung terutama mengenai jimat yang pernah diberikan. Tetapi ada juga yang menyebutkan tentang adanya pengaduan keberadaan si Pitung dari salah satu teman seperguruannya sendiri.
-Menurut versi film si Pitung, nyawa Pitung melayang setelah ditembusi oleh peluru emas dari komisaris Belanda.
-Keesokan harinya, Pitung dimakamkan dan makamnya dijaga ketat oleh pasukan Belanda selama beberapa hari. Alasannya agar tidak diziarahi oleh masyarakat yang ingin meminta berkah melalui ilmu si Pitung. Namun ada juga yang mengatakan agar Pitung tidak bangkit lagi dari kuburnya karena dipercaya memiliki ajian Rawarontek sebagaimana terekam dalam Rancag si Pitung sebagai berikut:
-Waktu dikubur pulisi pade iringin..
Jago nama Pitung kuburannya digadangin..
Yang gadangin kuburannya Pitung dari sore ampe pagi..
Kalo belon aplusan kaga ada nyang boleh pegi..
Sebab yang gadangin waktu itu sampe pagi,
Kabarnya jago Pitung dalam kuburan idup lagi..
Lalu di mana kah kuburan asli si Pitung?
-Sebelum mengulik teka-tekinya, beberapa sumber seperti harian Hindia Olanda menyebutkan nama Pitung dengan sangat beragam, Pitiung, Pitang, Biteong, sampai akhirnya Piteong. Nama Pitung juga merupakan penjabaran dari ‘Pitulungan’ dan berkembang menjadi ‘Pituan Pitulung’ yang berasal dari bahasa Jawa-Cirebon.
-Seperti di tuliskan diatas, selain Pitung, ada 6 orang temannya yakni: Abdoelrachman, Merais, Ji’ih, Mat Jebul, Tocang Gering, dan Mudjeran. Pitung sendiri memiliki nama asli Salihun yang lahir pada tahun 1864 di sekitar Rawa Belong. Orang tuanya bernama Pi’un dan Nok Pinah. Maka, Salihun inilah yang dianggap sebagai Pitung.
-Dari uraian diatas dapat disebutkan bahwa ada kemungkinan sebagian besar dari tujuh orang tersebut selalu menggunakan nama Pitung saat beraksi, baik saat sendiri maupun bergerombol.
-Karena itu janga heran jika kita temukan makam si Pitung di Tomang, Jakarta Barat. Lalu makamnya juga ada di hutan Jatijajar, Depok. Kemudian ada lagi di bawah pohon bambu di daerah Kebayoran Lama, Jakarta. Juga ada di Penjaringan, Parung, Sukabumi, Jakarta dan Kemayoran.
-Meski begitu, usai kematian Salihun “Pitung” ternyata tak menyurutkan munculnya Pitung – Pitung lain dalam melakukan perlawanan terhadap tuan tanah dan kompeni Belanda.
-Ada si Ma’un dari kampung Pluit, si Gantang, si Gondrong, dan lain-lain yang berasal dari kampung-kampung betawi. Maka tak heran, kemudian muncul gelar pada si Pitung sebagai “Robin Hood dari Betawi“.
-Legenda Si Pitung ini layaknya cerita rakyat dari Inggris sangat terkenal, Robin Hood. Robin Hood merampas harta pejabat korup untuk kemudian dibagikan keadaan rakyat miskin.
Legenda Ilmu Rawa Rontek Si Pitung
-Pitung selalu menjadi icon yang kuat di Jakarta. Keberadaanya menjadikan sejarah batavia ini menjadi sangat segar dan penuh tantangan. Pitung ini memiliki ilmu kanuragan yang tinggi. Ilmu yang dimilikinya dan menjadi legenda hingga saat ini adalah ilmu rawa rontek.
-Ya Si Pitung punya ilmu yang luar biasa. Ilmu rawe rontek yang terkenal dan melegenda karena konon di miliki oleh Si Pitung yang katanya dapat menyerap energi lawan-lawannya hingga seolah-olah dia menjadi dapat menghilang.
-Menurut cerita orang, karena ilmu rawe rontek ini Pitung tidak menikah. Sehingga ia tetap membujang hingga akhir hayatnya (di perkirakan umurnya 40 tahun).
-Ada juga cerita bagi yang memiliki ilmu rawe rontek apabila anggota badannya terputus maka akan segera tersambung lagi. Dan untuk mensiasati hal ini adalah dengan membakar atau menyangkutkan bagian-bagian tubuhnya di atas pohon atau genteng rumah, sehingga tidak menyentuh tanah.
-Ilmu rawe rontek tidak dapat diturunkan maka seseorang harus berusaha sendiri untuk menguasainya.
-Makam Tokoh Betawi, PITUNG ditemukan di Palembang !?
-Hari Kamis Sore, tanggal 25 Desember 2014, yang bertepatan dengan tanggal 3 Rabiul Awwal 1436 H, makam tokoh Betawi, yang juga anggota PITUNG berhasil ditemukan di Pemakaman Puncak Sekuning Palembang (sumber : Makam Tokoh Betawi).
-Penemuan makam ini, setelah melalui perjuangan yang melelahkan sdr. Muhammad Ihsan, bersama tim Dzurriyah Aria Jipang dari Jayakarta, Palembang dan Jawa Barat.
Sejarah Pitung Betawi
-Banyak yang salah mengerti tentang Pitung, Pahlawan dari tanah Betawi. Hal ini disebabkan pengaruh dari kisah-kisah yang beredar di masyarakat, yang menggambarkan Pitung sebagai sosok Jawara, yang membela kaum lemah, melalui keahliannya dalam ilmu beladiri.
-Namun sejatinya Pitung itu adalah sebuah organisasi perlawanan rakyat Betawi, terhadap pemerintahan kolonial Belanda. PITUNG merupakan singkatan dari PITUAN PITULUNG, yang bermakna Tujuh Orang Penolong”, yang dipimpin oleh Ratu Bagus Mohammad Ali bin Raden Samirin.
-Nama ke-7 Pendekar itu adalah :
-1. Ratu Bagus Muhammad Ali Nitikusuma (GUGUR TERTEMBAK)
-2. Ratu Bagus Roji’ih Nitikusuma (GUGUR TERTEMBAK)
-3. Ratu Bagus Rais Sonhaji Nitikusuma
-4. Hasan
-5. Saman (nama Panggilan)
-6. Jebul (nama samaran)
-7. Abdullah (Dulo)
-Keberadaan organisasi PITUNG ini, tentu sangat menghawatirkan Belanda, dengan segala upaya mereka berusaha memadamkan perlawanan masyarakat Betawi.
-Dua orang dedengkot PITUNG, Muhammad Ali dan Roji’ih, berhasil mereka bunuh, namun PITUNG ternyata tidak bubar, bahkan pada tahun 1893 muncul Anggota Pitung yang tidak kalah menakutkan mereka, yaitu Kyai Haji Ratu Bagus Ahmad Syar’i Mertakusuma
-Pada tahun 1914, Ahmad Syar’i bersama 2 rekan seperjuangan, membentuk organisasi perlawanan yang bernama “KI DALANG”. Pada masa itu, dikenal 3 (tiga) orang pemimpin yaitu :
-a. KI SAMA’UN , yang berpusat di Teluk Naga Kampung Melayu Tangerang (kini masuk wilayah Provinsi Banten)
-b. KI SYAR’IE (KH AHMAD SYAR”IE MERTAKUSUMA), berpusat di Bambu Larangan Cengkareng Jakarta Barat.
-c. KI ABDUL KARIM DAIM, berpusat di Kampung Duri Gang Jamblang.
-Perlawanan “KI DALANG” ini berakhir pada tahun 1924, yang ditandai dengan terbunuhnya Ki Sama’un, serta tertangkapnya Ki Syar’ie, Ki Abdul Karim Da’im bersama pemimpin lainnya.
-Tidak beberapa lama ditahan, Ki Syar’ie berhasil kabur, namun beliau tertangkap di Kota Bandung, dan dijatuhi hukuman gantung oleh Pemerintah Kolonial Belanda waktu itu. Tetapi belum sempat dihukum, Ki Sya’ie untuk kedua kalinya berhasil melarikan diri.
-Selama bertahun-tahun pihak Belanda mencari keberadaan Ki Syar’ie ini, tetapi tidak juga mereka temukan. Dalam pelariannya Ki Syar’ie sempat ke Medan, kemudian di tahun 1926 bermukim di Kota Palembang.
-Dan makam yang ditemukan oleh Muhammad Ihsan di Palembang, merupakan makam dari Ki Syar’ie atau Kyai Haji Ratu Bagus Ahmad Syar’i Mertakusuma, pembentuk organisasi ‘KI DALANG” sekaligus anggota Kelompok PITUNG yang paling dicari Pemerintah Kolonial Belanda.
Si Pitung, makamnya di Tapos Depok?
-Kisah Si Pitung sangat melegenda bagi masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat Betawi. Bagi orang Betawi, Pitung adalah pahlawan. Konon, Ia hidup di awal abad 19. Si Pitung merupakan nama panggilan asal kata dari Bahasa Jawa Pituan Pitulung (Kelompok Tujuh), kemudian nama panggilan ini menjadi Pitung. Nama asli Si Pitung sendiri adalah Salihun (Salihoen) ada juga yang bilang Raden Moh. Ali, warga Rawabelong, dengan ayahnya, Piun, asal Cirebon dan ibunya, Pinah, dari Betawi. Si Pitung menjadi terkenal bukan hanya karena keberaniannya melawan Belanda, tapi juga kepeduliannya terhadap nasib rakyat yang tertindas oleh kekuasaan Belanda dan tuan tanah.
-Sebagai seorang buronan, Pitung tidak memiliki tempat menetap yang pasti. Konon, ia pernah tinggal di Kota Depok, tepatnya di salah satu gedung milik bangsawan asal Belanda, Cornelis Chastelein. Warga Depok lebih sering menyebut gedung tersebut sebagai rumah tua Pondok Cina, karena letaknya yang berada di Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji.
-Sayangnya, bangunan tua yang berada di Jalan Margonda Raya tersebut sudah tidak ada. Gedung yang menjadi saksi sejarah Kota Depok tersebut sudah terkepung oleh sebuah mal supermegah bernama Margonda City. Memang, projek pembangunan Margonda City tidak sampai menggusur gedung tersebut. Meski begitu, fungsi bangunan sudah berubah menjadi sebuah kafe.
-Versi lainnya mengatakan bahwa kesaktian Pitung hilang setelah dipotong rambut, dan juga versi lain mengatakan bahwa kesaktiannya hilang karena sesorang melemparkan telur. Akhirnya Pitung meninggal karena luka tembak Hinne (Berdasarkan versi Film Si Pitung, Pitung mati tertembak karena peluru emas). Sesudah Si Pitung meninggal, makamnya dijaga oleh tentara karena percaya bahwa Si Pitung akan bangkit dari kubur hal ini tersirat dari Rancak Si Pitung dalam Van Till (1996).
-Konon kabarnya, kepala Si Pitung dikubur di sebuah makam di daerah Pal 7, tepatnya disamping pintu gerbang kantor STO Telkom Palmerah Kemandoran. Sedangkan tubuhnya dimakamkan di wilayah Depok Sawangan, ada pula yang menyebut bahwa Si Pitung dimakamkan di hutan Jatijajar Tapos Depok, saat ini makam si Pitung menjadi kompleks kantor arsip Kehutanan, hal berkaitan erat dengan K Heine sebagai ahli pertanian. Menurut sahibul hikayat, karena memegang Ilmu Rawarontek, Si Pitung setelah ditembak mati dan dikubur ternyata hidup kembali kemudian ditembak lagi dan lalu ditebas kepalanya lalu dipisahkan kuburnya, sehingga Si Pitung tidak hidup lagi karena jasadnya telah terpisah jauh dari kepalanya. Demikianlah sehingga tahun matinya ada dua, yakni tahun 1893 dan tahun 1903. Wallahu a'lam bishawab...
-Pitung diberitakan telah merampok beberapa orang kaya dan tuan tanah di Batavia, termasuk mengaku sebagai Demang. Hasil rampokannya kemudian dibagikan kepada orang miskin di Batavia. Dalam beberapa aksinya, Pitung tidak sendirian tetapi dibantu oleh beberapa kawannya yakni Abdoelrachman, Merais, Ji’ih, Mat Jebul, Tocang Gering, dan Mudjeran. Di antara temannya yang paling terkenal tentu saja bernama Ji’ih sebagaimana diangkat dalam film si Pitung pada tahun 70-80an.
-Van Hinne sendiri terus memburu Pitung sambil mendengar desas desus bahwa Pitung banyak dilihat warga di beberapa tempat. Juga kabar beberapa perampokan yang dilakukannya. Maka Van Hinne memutuskan akan menembak Pitung dan melakukan penyergapan secepatnya.
-Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa sebelum melakukan penyergapan terhadap Pitung, Van Hinne menemui Haji Naipin untuk mengetahui kelemahan – kelemahan Pitung terutama mengenai jimat yang pernah diberikan. Tetapi ada juga yang menyebutkan tentang adanya pengaduan keberadaan si Pitung dari salah satu teman seperguruannya sendiri.
-Menurut versi film si Pitung, nyawa Pitung melayang setelah ditembusi oleh peluru emas dari komisaris Belanda.
-Keesokan harinya, Pitung dimakamkan dan makamnya dijaga ketat oleh pasukan Belanda selama beberapa hari. Alasannya agar tidak diziarahi oleh masyarakat yang ingin meminta berkah melalui ilmu si Pitung. Namun ada juga yang mengatakan agar Pitung tidak bangkit lagi dari kuburnya karena dipercaya memiliki ajian Rawarontek sebagaimana terekam dalam Rancag si Pitung sebagai berikut:
-Waktu dikubur pulisi pade iringin..
Jago nama Pitung kuburannya digadangin..
Yang gadangin kuburannya Pitung dari sore ampe pagi..
Kalo belon aplusan kaga ada nyang boleh pegi..
Sebab yang gadangin waktu itu sampe pagi,
Kabarnya jago Pitung dalam kuburan idup lagi..
Lalu di mana kah kuburan asli si Pitung?
-Sebelum mengulik teka-tekinya, beberapa sumber seperti harian Hindia Olanda menyebutkan nama Pitung dengan sangat beragam, Pitiung, Pitang, Biteong, sampai akhirnya Piteong. Nama Pitung juga merupakan penjabaran dari ‘Pitulungan’ dan berkembang menjadi ‘Pituan Pitulung’ yang berasal dari bahasa Jawa-Cirebon.
-Seperti di tuliskan diatas, selain Pitung, ada 6 orang temannya yakni: Abdoelrachman, Merais, Ji’ih, Mat Jebul, Tocang Gering, dan Mudjeran. Pitung sendiri memiliki nama asli Salihun yang lahir pada tahun 1864 di sekitar Rawa Belong. Orang tuanya bernama Pi’un dan Nok Pinah. Maka, Salihun inilah yang dianggap sebagai Pitung.
-Dari uraian diatas dapat disebutkan bahwa ada kemungkinan sebagian besar dari tujuh orang tersebut selalu menggunakan nama Pitung saat beraksi, baik saat sendiri maupun bergerombol.
-Karena itu janga heran jika kita temukan makam si Pitung di Tomang, Jakarta Barat. Lalu makamnya juga ada di hutan Jatijajar, Depok. Kemudian ada lagi di bawah pohon bambu di daerah Kebayoran Lama, Jakarta. Juga ada di Penjaringan, Parung, Sukabumi, Jakarta dan Kemayoran.
-Meski begitu, usai kematian Salihun “Pitung” ternyata tak menyurutkan munculnya Pitung – Pitung lain dalam melakukan perlawanan terhadap tuan tanah dan kompeni Belanda.
-Ada si Ma’un dari kampung Pluit, si Gantang, si Gondrong, dan lain-lain yang berasal dari kampung-kampung betawi. Maka tak heran, kemudian muncul gelar pada si Pitung sebagai “Robin Hood dari Betawi“.